Lapan Sudah Produksi Pesawat Tanpa Awak Seperti Keinginan Jokowi Calon presiden nomor urut 2 Joko Widodo (Jokowi) menginginkan penggunaan Drone atau pesawat tanpa awak untuk meminimalisir praktik perikanan ilegal (illegal fishing) yang merugikan negara. Drone ini sudah diproduksi di dalam negeri oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan).
"Lapan sudah membuat pesawat tanpa awak atau disebut Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle," kata Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lapan Rika Andiarti saat ditemui detikFinance di Kantor Pusat Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta, Senin (23/06/2014).
Rika mengungkapkan, Lapan sudah memulai memproduksi pesawat tanpa awak sejak tahun 2011 seiring pengembangan program penerbangan nasional. Pesawat tanpa awak pertama yang dibuat dan dikembangkan Lapan adalah jenis Lapan Surveillance UAV-01X.
"LSU 01X dioperasional pada tahun 2012. Saat itu kita operasikan untuk mitigasi bencana meletusnya Gunung Merapi," imbuhnya.
Lapan Surveillance UAV-01X adalah jenis pesawat tanpa awak berukuran kecil yang membawa kamera seberat 1,5 kg. Cara menerbangkan pesawat ini cukup hanya dilempar dan dapat mengudara selama 30 menit sepanjang 40 km dengan daya tinggi jelajah 500 meter.
Setelah itu, Lapan kemudian mengembangkan LSU 02 dengan ukuran dan tingkat daya jelajah lebih besar dibandingkan 01X. Teknologi yang digunakan juga jauh lebih tinggi dibandingkan 01X.
"Lapan Surveillance Unmanned Aerial Vehicle-02 atau LSU 02 terbang sejauh 200 kilometer. Dengan kecepatan terbang mencapai 100 km/jam. LSU 02 memiliki bentang sayap 2.400 mm dengan panjang beda 1.700 mm. Pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk keperluan Airbone Remonte Sensing dengan tinggi daya jelajah 3.000 meter," paparnya.Mampu Padamkan Kebakaran Hutan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) serius menggarap dan mengembangkan pesawat tanpa awak atau Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle. Setelah memproduksi pesawat tanpa awak jenis Lapan Surveillance UAV-01X dan LSU 02, Lapan juga mempunyai LSU 03.
Ukuran pesawat tanpa awak ini lebih besar dari seri sebelumnya yaitu LSU 02.
"LSU 03 bentangannya 5 meter itu hanya bentang sayap, badan 4 meter. Daya jelajah 400 km dengan ketinggian antara 3.000-4.000 meter," kata Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lapan Rika Andiarti saat ditemui detikFinance di Kantor Pusat Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta, Senin (23/06/2014).
Secara total, jumlah koleksi pesawat tanpa awak milik Lapan berjumlah 3 unit. Di tahun ini, Lapan juga sedang mengembangkan jenis pesawat tanpa awak terbaru dengan series LSA 05.
"Namanya bukan LSU lagi tetapi LSA atau Lapan Surveillance Aircraft 05 buatan Indonesia Prototipe sudah disiapkan tinggal uji terbang. LSA 05 ini lebih canggih dan ukurannya lebih besar. Kapasitas bahan bakar lebih banyak," katanya.
Nantinya pesawat tanpa awak jenis LSA 05 bisa digunakan untuk pemadaman kebarakan hutan dan keperluan pemantauan strategis lainnya. Pesawat ini mampu terbang non-stop 6-8 jam dengan jangkauan tempuh hingga mencapai 1.300 km dan tinggi hingga 5.000 km serta mampu membawa beban hingga 160 kg.
"Sedang terus kita kembangkan hingga bisa diuji terbang dan digunakan untuk keperluan negara," jelasnya. 40% Komponen Masih Impor Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) sudah mampu membuat dan membangun pesawat tanpa awak atau Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle. Komponen produk pesawat tanpa awak ini tidak sepenuhnya buatan lokal. Masih ada yang harus diimpor, seperti mesin dan motor penggerak.
"Komponen impor masih ada karena memang keterbatasan kita seperti motor dan mesin," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan Jasyanto saat ditemui detikFinance di Kantor Pusat Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta, Senin (23/06/2014).
Selain motor dan mesin, komponen lainnya murni dibuat di Indonesia. Porsi komponen lokal pesawat tanpa awak yang dibuat Lapan jauh lebih besar dibandingkan komponen impornya.
"Kalau untuk kerangka badan pesawat, bentang sayap hingga program dibuat di dalam negeri semua. Porsinya 60% komponen dari dalam negeri sisanya impor," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lapan Rika Andiarti mengakui, masih ada beberapa komponen pesawat yang masih harus diimpor dari negara lain. Impor dilakukan karena keterbatasan industri yang ada di dalam negeri.
"Masih ada komponen yang harus kita impor terutama dari sisi elektronik. Tetapi kita juga mampu membuat alat elektronik lainnya yang dibutuhkan pada jenis pesawat ini," katanya.Lapan Tawarkan Rp 40 Juta/Unit Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) sudah mampu membuat dan membangun pesawat tanpa awak atau Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle. Setidaknya ada 3 pesawat tanpa awak yang diproduksi Lapan, yaitu Lapan Surveillance UAV-01X, LSU 02, dan LSU 03.
Lalu berapa harganya?
Pesawat tanpa awak atau Drone ini masuk jadi salah satu visi dan misi calon presiden Joko Widodo (Jokowi), untuk mengawasi penangkapan ikan ilegal di lautan Indonesia.
"Saya hanya contohkan satu jenis pesawat saja yaitu LSU 02. Kalau LSU 02 harganya Rp 40 juta/unit," ungkap Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan Jasyanto saat ditemui detikFinance di Kantor Pusat Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta, Senin (23/06/2014).
Menurut Jasyanto, faktor yang mempengaruhi besar kecilnya harga pesawat tergantung spesifikasi yang dimiliki pesawat tersebut. Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle-02 atau LSU 02 memiliki spesifikasi bisa terbang sejauh 200 kilometer. Dengan kecepatan terbang mencapai 100 km/jam.
LSU 02 memiliki bentang sayap 2.400 mm dengan panjang beda 1.700 mm. Pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk keperluan Airbone Remonte Sensing dengan tinggi daya jelajah 3.000 meter.
Jasyanto mengakui harga LSU 02 buatan Lapan jauh lebih murah dibandingkan pesawat tanpa awak dengan spesifikasi serupa buatan negara lain.
"Ada penawaran dari negara luar dengan spesifikasi yang sama harganya bisa capai Rp 1 miliar/unit," imbuhnya.
Jasyanto mengungkapkan, saat ini hampir semua negara sudah mulai membangun dan mengembangkan industri pesawat terbang tanpa awak. Salah satunya adalah negara Malaysia.
"Penelitian pesawat tanpa awak ini sudah banyak, hampir setiap negara juga punya. Malaysia juga sudah punya," cetusnya.
Seperti diketahui, Lapan dari tahun 2011 hingga saat ini telah mempunyai 3 jenis pesawat tanpa awak yaitu pesawat tanpa awak jenis Lapan Surveillance UAV-01X dan LSU 02, dan LSU 03. Di tahun 2014 ini, Lapan juga sedang mengembangkan jenis pesawat tanpa awak terbaru dengan series LSA 05.
Nantinya pesawat tanpa awak jenis LSA 05 bisa digunakan untuk pemadaman kebarakan hutan dan keperluan pemantauan strategis lainnya. Pesawat ini mampu terbang non-stop 6-8 jam dengan jangkauan tempuh hingga mencapai 1.300 km dan tinggi hingga 5.000 km serta mampu membawa beban hingga 160 kg.(wij/dnl)
"Lapan sudah membuat pesawat tanpa awak atau disebut Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle," kata Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lapan Rika Andiarti saat ditemui detikFinance di Kantor Pusat Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta, Senin (23/06/2014).
Rika mengungkapkan, Lapan sudah memulai memproduksi pesawat tanpa awak sejak tahun 2011 seiring pengembangan program penerbangan nasional. Pesawat tanpa awak pertama yang dibuat dan dikembangkan Lapan adalah jenis Lapan Surveillance UAV-01X.
"LSU 01X dioperasional pada tahun 2012. Saat itu kita operasikan untuk mitigasi bencana meletusnya Gunung Merapi," imbuhnya.
Lapan Surveillance UAV-01X adalah jenis pesawat tanpa awak berukuran kecil yang membawa kamera seberat 1,5 kg. Cara menerbangkan pesawat ini cukup hanya dilempar dan dapat mengudara selama 30 menit sepanjang 40 km dengan daya tinggi jelajah 500 meter.
Setelah itu, Lapan kemudian mengembangkan LSU 02 dengan ukuran dan tingkat daya jelajah lebih besar dibandingkan 01X. Teknologi yang digunakan juga jauh lebih tinggi dibandingkan 01X.
"Lapan Surveillance Unmanned Aerial Vehicle-02 atau LSU 02 terbang sejauh 200 kilometer. Dengan kecepatan terbang mencapai 100 km/jam. LSU 02 memiliki bentang sayap 2.400 mm dengan panjang beda 1.700 mm. Pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk keperluan Airbone Remonte Sensing dengan tinggi daya jelajah 3.000 meter," paparnya.Mampu Padamkan Kebakaran Hutan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) serius menggarap dan mengembangkan pesawat tanpa awak atau Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle. Setelah memproduksi pesawat tanpa awak jenis Lapan Surveillance UAV-01X dan LSU 02, Lapan juga mempunyai LSU 03.
Ukuran pesawat tanpa awak ini lebih besar dari seri sebelumnya yaitu LSU 02.
"LSU 03 bentangannya 5 meter itu hanya bentang sayap, badan 4 meter. Daya jelajah 400 km dengan ketinggian antara 3.000-4.000 meter," kata Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lapan Rika Andiarti saat ditemui detikFinance di Kantor Pusat Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta, Senin (23/06/2014).
Secara total, jumlah koleksi pesawat tanpa awak milik Lapan berjumlah 3 unit. Di tahun ini, Lapan juga sedang mengembangkan jenis pesawat tanpa awak terbaru dengan series LSA 05.
"Namanya bukan LSU lagi tetapi LSA atau Lapan Surveillance Aircraft 05 buatan Indonesia Prototipe sudah disiapkan tinggal uji terbang. LSA 05 ini lebih canggih dan ukurannya lebih besar. Kapasitas bahan bakar lebih banyak," katanya.
Nantinya pesawat tanpa awak jenis LSA 05 bisa digunakan untuk pemadaman kebarakan hutan dan keperluan pemantauan strategis lainnya. Pesawat ini mampu terbang non-stop 6-8 jam dengan jangkauan tempuh hingga mencapai 1.300 km dan tinggi hingga 5.000 km serta mampu membawa beban hingga 160 kg.
"Sedang terus kita kembangkan hingga bisa diuji terbang dan digunakan untuk keperluan negara," jelasnya. 40% Komponen Masih Impor Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) sudah mampu membuat dan membangun pesawat tanpa awak atau Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle. Komponen produk pesawat tanpa awak ini tidak sepenuhnya buatan lokal. Masih ada yang harus diimpor, seperti mesin dan motor penggerak.
"Komponen impor masih ada karena memang keterbatasan kita seperti motor dan mesin," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan Jasyanto saat ditemui detikFinance di Kantor Pusat Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta, Senin (23/06/2014).
Selain motor dan mesin, komponen lainnya murni dibuat di Indonesia. Porsi komponen lokal pesawat tanpa awak yang dibuat Lapan jauh lebih besar dibandingkan komponen impornya.
"Kalau untuk kerangka badan pesawat, bentang sayap hingga program dibuat di dalam negeri semua. Porsinya 60% komponen dari dalam negeri sisanya impor," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lapan Rika Andiarti mengakui, masih ada beberapa komponen pesawat yang masih harus diimpor dari negara lain. Impor dilakukan karena keterbatasan industri yang ada di dalam negeri.
"Masih ada komponen yang harus kita impor terutama dari sisi elektronik. Tetapi kita juga mampu membuat alat elektronik lainnya yang dibutuhkan pada jenis pesawat ini," katanya.Lapan Tawarkan Rp 40 Juta/Unit Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) sudah mampu membuat dan membangun pesawat tanpa awak atau Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle. Setidaknya ada 3 pesawat tanpa awak yang diproduksi Lapan, yaitu Lapan Surveillance UAV-01X, LSU 02, dan LSU 03.
Lalu berapa harganya?
Pesawat tanpa awak atau Drone ini masuk jadi salah satu visi dan misi calon presiden Joko Widodo (Jokowi), untuk mengawasi penangkapan ikan ilegal di lautan Indonesia.
"Saya hanya contohkan satu jenis pesawat saja yaitu LSU 02. Kalau LSU 02 harganya Rp 40 juta/unit," ungkap Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan Jasyanto saat ditemui detikFinance di Kantor Pusat Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta, Senin (23/06/2014).
Menurut Jasyanto, faktor yang mempengaruhi besar kecilnya harga pesawat tergantung spesifikasi yang dimiliki pesawat tersebut. Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle-02 atau LSU 02 memiliki spesifikasi bisa terbang sejauh 200 kilometer. Dengan kecepatan terbang mencapai 100 km/jam.
LSU 02 memiliki bentang sayap 2.400 mm dengan panjang beda 1.700 mm. Pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk keperluan Airbone Remonte Sensing dengan tinggi daya jelajah 3.000 meter.
Jasyanto mengakui harga LSU 02 buatan Lapan jauh lebih murah dibandingkan pesawat tanpa awak dengan spesifikasi serupa buatan negara lain.
"Ada penawaran dari negara luar dengan spesifikasi yang sama harganya bisa capai Rp 1 miliar/unit," imbuhnya.
Jasyanto mengungkapkan, saat ini hampir semua negara sudah mulai membangun dan mengembangkan industri pesawat terbang tanpa awak. Salah satunya adalah negara Malaysia.
"Penelitian pesawat tanpa awak ini sudah banyak, hampir setiap negara juga punya. Malaysia juga sudah punya," cetusnya.
Seperti diketahui, Lapan dari tahun 2011 hingga saat ini telah mempunyai 3 jenis pesawat tanpa awak yaitu pesawat tanpa awak jenis Lapan Surveillance UAV-01X dan LSU 02, dan LSU 03. Di tahun 2014 ini, Lapan juga sedang mengembangkan jenis pesawat tanpa awak terbaru dengan series LSA 05.
Nantinya pesawat tanpa awak jenis LSA 05 bisa digunakan untuk pemadaman kebarakan hutan dan keperluan pemantauan strategis lainnya. Pesawat ini mampu terbang non-stop 6-8 jam dengan jangkauan tempuh hingga mencapai 1.300 km dan tinggi hingga 5.000 km serta mampu membawa beban hingga 160 kg.(wij/dnl)
♞ detik
0 komentar:
Post a Comment