Surabaya ☆ Tiga mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Surabaya (Ubaya) merancang robot yang bergaya bak Penari Bali yang mampu membawakan Tari Anoman, Tari Legong Keraton, dan sebagainya.
"Dua robot penari itu kami beri nama Niniteus. Niniteus adalah kepanjangan dari Nini yang merupakan panggilan wanita dewasa di Bali, sedangkan Teus berarti Teknik Elektro Universitas Surabaya," kata perakit NiniTeus, Okky Andriansyah, di kampus setempat, Rabu.
Didampingi perakit lainnya Hamdi Fawazal dan Bagus Olifianto, mahasiswa semester enam itu menjelaskan kepandaian robot "Niniteus" menarikan tarian apa saja itu bergantung pada program yang dimodifikasi untuknya.
"Saat ini, robot Niniteus sudah pernah membawakan Tari Anoman dan Tari Legong Keraton. Dengan dilengkapi kostum adat Bali, Niniteus menggunakan sensor suara (lagu) untuk menghasilkan gerakan yang menggemaskan," katanya.
Niniteus mampu melakukan berbagai gerakan, seperti tengok ke kanan, ke kiri, mengangguk, berjalan maju dan mundur, serta jongkok setengah badan seperti layaknya penari Bali mengikuti irama lagu, itulah gerakan robot Niniteus.
Dalam kurun waktu empat bulan, Niniterus berhasil dirakit dan dimodifikasi sampai menghasilkan lenggokan saat menari. "Robot ini bisa menari tarian apapun. Tergantung, mau disuruh menari apa. Kami tinggal buat programnya saja," ujarnya.
Saat lagu diputar, Niniteus akan langsung menari sesuai programnya. "Karena selama ini masih mampu menari dua judul lagu, maka Niniteus juga masih memiliki dua buah kostum," katanya.
Namun, "manusia mesin" ini menari di atas lintasan. Untuk lintasan, sebenarnya dapat menggunakan lintasan apapun, asal datar dan tidak bergelombang.
"Kami juga sudah menyiapkan alas kaki robot agar dapat menghasilkan gaya gesek yang sesuai dan mendukung keseimbangan jalannya," katanya.
Niniteus dapat bertahan sekitar empat menit selama difungsikan untuk terus menari. Selebihnya, robot ini harus istirahat dulu dan baterainya di-charge lagi agar kembali maksimal.
"Niniteus ini perlu penyempurnaan, misalnya di bagian gerak jalan robotnya, sehingga pergerakan jalan robot lebih stabil dan tidak gampang jatuh," katanya.
Ke depan, mahasiswa elektro Ubaya yang lain lebih bisa mengeksploitasi bentuk robot serta fungsinya tanpa meninggalkan unsur pelestarian budaya Indonesia.
Di tingkat nasional, robot yang bisa menari sudah memiliki ajang kontes yakni Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI) yang sudah menjadi bagian dari Kontes Robot Indonesia (KRI). Di dalam KRI itu juga ada Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) dan Robot Humanoid.(E011/I007)
"Dua robot penari itu kami beri nama Niniteus. Niniteus adalah kepanjangan dari Nini yang merupakan panggilan wanita dewasa di Bali, sedangkan Teus berarti Teknik Elektro Universitas Surabaya," kata perakit NiniTeus, Okky Andriansyah, di kampus setempat, Rabu.
Didampingi perakit lainnya Hamdi Fawazal dan Bagus Olifianto, mahasiswa semester enam itu menjelaskan kepandaian robot "Niniteus" menarikan tarian apa saja itu bergantung pada program yang dimodifikasi untuknya.
"Saat ini, robot Niniteus sudah pernah membawakan Tari Anoman dan Tari Legong Keraton. Dengan dilengkapi kostum adat Bali, Niniteus menggunakan sensor suara (lagu) untuk menghasilkan gerakan yang menggemaskan," katanya.
Niniteus mampu melakukan berbagai gerakan, seperti tengok ke kanan, ke kiri, mengangguk, berjalan maju dan mundur, serta jongkok setengah badan seperti layaknya penari Bali mengikuti irama lagu, itulah gerakan robot Niniteus.
Dalam kurun waktu empat bulan, Niniterus berhasil dirakit dan dimodifikasi sampai menghasilkan lenggokan saat menari. "Robot ini bisa menari tarian apapun. Tergantung, mau disuruh menari apa. Kami tinggal buat programnya saja," ujarnya.
Saat lagu diputar, Niniteus akan langsung menari sesuai programnya. "Karena selama ini masih mampu menari dua judul lagu, maka Niniteus juga masih memiliki dua buah kostum," katanya.
Namun, "manusia mesin" ini menari di atas lintasan. Untuk lintasan, sebenarnya dapat menggunakan lintasan apapun, asal datar dan tidak bergelombang.
"Kami juga sudah menyiapkan alas kaki robot agar dapat menghasilkan gaya gesek yang sesuai dan mendukung keseimbangan jalannya," katanya.
Niniteus dapat bertahan sekitar empat menit selama difungsikan untuk terus menari. Selebihnya, robot ini harus istirahat dulu dan baterainya di-charge lagi agar kembali maksimal.
"Niniteus ini perlu penyempurnaan, misalnya di bagian gerak jalan robotnya, sehingga pergerakan jalan robot lebih stabil dan tidak gampang jatuh," katanya.
Ke depan, mahasiswa elektro Ubaya yang lain lebih bisa mengeksploitasi bentuk robot serta fungsinya tanpa meninggalkan unsur pelestarian budaya Indonesia.
Di tingkat nasional, robot yang bisa menari sudah memiliki ajang kontes yakni Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI) yang sudah menjadi bagian dari Kontes Robot Indonesia (KRI). Di dalam KRI itu juga ada Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) dan Robot Humanoid.(E011/I007)
★ Antara
0 komentar:
Post a Comment