Berita Terkini
Loading...
Monday 7 July 2014

Smartphone 4G Buatan Indonesia

06:00
Membedah Smartphone 4G Pertama Buatan Indonesia http://images.detik.com/content/2014/07/07/1036/070629_ponselbatam.jpgIndonesia baru saja kehadiran telepon seluler pintar atau smartphone 4G pertama sepanjang sejarah. PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) dan PT Tata Sarana Mandiri adalah dua perusahaan yang mewujudkan impian tersebut.

Presiden Direktur PTSN Abidin mengatakan ponsel jenis ini merupakan kebutuhan masyarakat beberapa waktu ke depan. Setelah sekarang berkembang smartphone untuk frekuensi data 3G dan 2G.

"Kini kita memasuki era baru yakni smartphone 4G. Untuk itu kita memproduksi dengan PT TSM," ungkapnya saat peluncuran smartphone 4G Ivo di Batam, seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).

Dilihat dari bentuk fisik, tidak jauh berbeda dari yang beredar di tengah masyarakat. Menggunakan layar sentuh dan berukuran sekitar 5 inci serta berat sekitar 150 gram. Masih bisa digenggaman satu tangan.

Ditelusuri lebih jauh, ponsel ini didukung oleh Qualcomm Snapdragon 400 chipset, menggunakan processor Quad Core 1.2 GHz, RAM 1 GB, Storage 8 GB, Camera 8 MP, dan Dual-simcard.

"Ponsel ini menggunakan operating system (OS) android," sebut Abidin.

Smartphone 4G ini juga dapat bekerja pada berbagai frekuensi LTE lain seperti 1800Mhz, 2300Mhz, 2600Mhz, termasuk frekuensi data 3G dan 2G, sehingga dapat beroperasi di berbagai negara.

Abidin menambahkan, teknologi 4G memang baru ada di wilayah Jakarta. Akan tetapi kedepan ini akan berkembang pada wilayah lain. Mengingat aktivitas internet yang dibutuhkan masyarakat terus meningkat.

"Memang baru ada di Jakarta. Tapi ke depan akan menjadi teknologi yang dibicarakan orang banyak. Bila memang tidak ada 4G, maka ponsel akan tersambung ke frekuensi 3G, 2G atau GSM," paparnya. (mkl/ang)
Turung
Hasil Karya Putra-Putri Bangsa http://images.detik.com/content/2014/07/07/1036/074315_lobi.jpgTelepon seluler pintar atau smartphone 4G (fourth generation) memang belum banyak bereder di tanah air. Bahkan frekuensinya baru tersedia di wilayah Jakarta. Namun ke depan, ponsel jenis ini diprediksi akan menyebar dengan cepat ke daerah-daerah lainnya, seiring perkembangan internet di Indonesia.

Dua perusahaan di dalam negeri, yakni PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) dan PT Tata Sarana Mandiri (TSM) memproduksi ponsel ini lebih awal. PTSN bergerak dari sisi manufaktur dan TSM untuk desain.

Direktur TSM Sam Ali mengatakan ponsel ini didesain khusus oleh putra putri Indonesia. Pihaknya bekerjasama dengan Pusat Mikroelektronika Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pusat Unggulan Inovasi BWA ITB.

"Kita kan kerjasama dengan pusat mikroelektronika ITB dan pusat unggulan inovasi di ITB," ujarnya seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).

Para putra-putri Indonesia ini menggarap kustomisasi perangkat lunak (software), operating system (OS), desain user interface, desain produk, hingga desain tata letak sirkuit (PCB). Sam menyebutkan hal itu sudah sebagian besar dari smartphone 4G.

Untuk OS memang ada kerjasama dengan salah satu perusahaan di Tiongkok. Sebab ponsel ini menggunakan OS Android yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Mengingat nilai teknologi yang sangat mahal.

"Untuk development OS memang masih dari luar negeri. Karena masih rumit dan mahal untuk teknologinya dibawa ke Indonesia. Sebenarnya bisa dilakukan ke depannya, tapi akan bertahap," jelasnya.

Sebagai informasi, PT TSM sudah ada sejak tahun 2003 yang fokus pada layanan mobile solution, mobile payment, serta produk hardware & software inovatif lainnya. TSM juga berkerja sama dengan sister company IDEA International Development Ltd Hong Kong.(mkl/ang)
Harga Smartphone 4G Buatan Indonesia PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) dan PT Tata Sarana Mandiri (TSM) selaku produsen telepon seluler pintar atau smartphone 4G (fourth generation) belum melemparkan produknya ke pasar. Kira-kira berapa harga yang akan ditawarkan?

Presiden Direktur PTSN Abidin mengaku belum menetapkan harga pasti dari produk tersebut. Namun, smartphone yang bernama Ivo tersebut diperkirakan harganya tidak melebihi Rp 2 juta per unit.

"Kita belum launch ke pasar, mungkin nggak terlalu lama lagi. Tapi harganya nggak lebih dari Rp 2 juta," ungkap Abidin seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).

Ia menyebutkan, pasar yang akan dituju oleh produknya adalah kalangan menengah dan sedikit ke atas. Ini mengingat teknologi yang dimiliki berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kelas tersebut.

"Kami menyasar kalangan menengah dan sedikit ke atas," tegasnya.

Seperti misalnya untuk eksekutif muda. Kecenderungan yang dibutuhkan adalah transfer data. Sehingga dibandingkan harus membeli produk dengan harga sekitar Rp 5-7 juta, maka diberikan alternatif pilihan harga yang lebih murah.

"Jadi sekarang animo untuk membeli barang yang lebih mahal itu karena merk dan lifestyle. Padahal ada harga lebih murah," ujar Abidin.

Seperti diketahui, ponsel ini didukung oleh Qualcomm Snapdragon 400 chipset, menggunakan processor Quad Core 1.2 GHz, RAM 1 GB, Storage 8 GB, Camera 8 MP, dan Dual-simcard serta OS Android.(mkl/ang)
70% Komponen Smartphone 4G Buatan Indonesia Masih Impor http://images.detik.com/content/2014/07/07/1036/aktivitasproduksi.jpgTelepon seluler pintar atau smartphone 4G (fourth generation) yang untuk pertama kalinya diproduksi di dalam negeri dinilai cukup membanggakan. Tapi sayang, 70% dari komponennya masih diimpor.

Presiden Direktur PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) Abidin mengakui keterbatasan produksi dari komponen smartphone 4G. Sehingga baru 30% porsi komponen lokal di dalam produknya.

"Baru 30% untuk komponen lokal," kata Abidin saat peluncuran smartphone 4G Ivo di Batam, seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).

Sementara itu, komponen lainnya berasal dari Tiongkok dan Malaysia. Abidin menyatakan, pengurangan komponen impor ini akan dilakukan secara bertahap. Perusahaannya akan mencoba untuk meningkatkan komponen lokal dari dalam negeri.

"Dari impor itu ada Tiongkok dan Malaysia. Kan secara bertahap nanti diproduksi dalam negeri," jelasnya.

Menurutnya, impor komponen terjadi karena mempertimbangkan kualitas dari smartphone itu sendiri. Komponen impor memang sudah teruji kualitasnya. Sedangkan dari lokal, perlu diuji secara bertahap.

"Kita akan uji coba satu per satu dulu. Karena kalau ini kan komponen agak rumit. Jadi memang secara bertahap," ujar Abidin.

Direktur PT Tata Sarana Mandiri (TSM) Sam Ali menambahkan komponen lokal memang belum banyak diproduksi. Di antaranya adalah charger, tata letak sirkuit (PCB), kustomisasi perangkat lunak (software), earphone dan casing.

"Memang masih sedikit untuk komponen yang diproduksi sekarang," ungkap Sam pada kesempatan yang sama.(mkl/ang)
Nilai Investasi untuk Membuat Smartphone 4G Made in RI http://images.detik.com/content/2014/07/07/1036/pabrikhpbatam.jpgPT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) telah berhasil memproduksi telepon seluler pintar atau smartphone 4G (fourth generation) pertama di Indonesia bersama PT Tata Sarana Mandiri (TSM). Presiden Direktur PTSN Abidin mengatakan nilai investasi yang dibutuhkan adalah sebesar US$ 6 juta. Namun karena sebagian infrastruktur sudah tersedia, maka investasi yang dikeluarkan hanya US$ 1 juta.

"Investasi kami untuk produk ini kecil. Sekitar US$ 1 juta," ungkapnya saat peluncuran smartphone 4G Ivo di Batam, seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).

PTSN sudah berkecimpung dalam sektor manufaktur elektronika sejak 1990. Oleh karena itu, perseroan sudah memiliki pabrik dan mesin-mesin untuk memproduksi smartphone.

Abidin menyebutkan, bila harus menghitung secara keseluruhan, maka investasinya bisa mencapai US$ 6 juta. Ini masih di luar dari biaya birokrasi seperti izin dan lokasi lahan untuk membangun pabrik. "Total bisa 6 juta US$," sebutnya.

Sedangkan untuk PT TSM membutuhkan investasi sebesar US$ 20 juta. Lebih besar dari PTSN, karena terkait dengan desain produk. Investasinya pun berlaku untuk jangka waktu yang panjang.

"Kita bicara semua perlu US$ 20 juta," kata Direktur TSM Sam Ali pada kesempatan yang sama.

Investasinya lebih tertuju kepada penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D). Sebab, dari produk yang dihasilkan untuk pertama kali akan terus berkembang.

"Itu sangat mahal. Harus ada investasi kepada technical skill dan pengalaman. Misalnya Apple keluarkan 5s, itu kan nggak langsung sempurna. Perlu di-upgrade. Kemudian ada support dan aplikasi software. Itu berjalan terus," paparnya.(mkl/hds)
Mampu Produksi 100.000 Unit/Bulan PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) memproduksi telepon seluler pintar atau smartphone 4G (fourth generation) sebanyak 100.000 unit per bulan. Perseroan mempekerjakan 150 orang.

"Kapasitas produksi kami 100.000 unit per bulan dengan tenaga kerja 150 orang," kata Presiden Direktur PTSN Abidin saat peluncuran smartphone 4G Ivo di Batam, seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).

Selama setahun, perusahaan bisa memproduksi sekitar 1,2 juta unit smartphone. Menurut Abidin, produksi tersebut mampu untuk mengurangi beban impor ponsel.

Ia mencatat, selama 2013 ada 16.470 ton ponsel impor yang masuk ke dalam negeri atau senilai US$ 2,8 miliar (Rp 34,1 triliun). "Impor ponsel setiap bulannya mencapai Rp 3 triliun. Dengan adanya perakitan ini tentunya tak perlu impor lagi," jelas Abidin.

Produksi pun ke depan akan ditingkatkan secara bertahap mengingat kebutuhan masyarakat yang begitu tinggi dan terus meningkat. Namun, perseroan tetap akan mempertimbangkan respons dari pasar dari produknya.

Sebagai informasi, smartphone 4G buatan Indonesia yang didukung oleh Qualcomm Snapdragon 400 chipset, menggunakan prosesor Quad Core 1.2 GHz, RAM 1 GB, media penyimpanan berkapasitas 8 GB, kamera 8 MP, dan dual SIM card yang didesain khusus untuk kebutuhan Indonesia.

Smartphone 4G ini juga dapat bekerja pada berbagai frekuensi LTE lain seperti 1.800 Mhz, 2.300 Mhz, 2.600 Mhz, termasuk frekuensi data 3G dan 2G. Jadi, ponsel ini bisa beroperasi di berbagai negara.(mkl/hds)
Tanpa 2 Hal Ini, Industri Ponsel Sulit Berkembang di RI http://images.detik.com/content/2014/07/07/1036/ponsel.jpgIndustri telepon seluler (ponsel) di dalam negeri masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan konsumen. Impor pun menjadi pilihan untuk mencukupi kebutuhan tersebut.

Direktur PT Tata Sarana Mandiri (TSM) Sam Ali mengatakan, industri ini sangat bergantung pada 2 hal untuk berkembang. Pertama adalah dukungan dari pemerintah agar harga produk lebih kompetitif.

Caranya bisa dengan pemberian berbagai insentif untuk perusahaan lokal, seperti pajak dan bea masuk. Sam mengakui saat ini biaya yang dikeluarkan perusahaan masih besar sehingga tidak bisa menetapkan harga yang kompetitif.

"Kalau misalnya harga yang diproduksi di dalam negeri harganya sama dengan impor, kan nggak kompetitif. Tentunya investasi jadi tidak menguntungkan," tegas Sam di sela-sela peluncuran smartphone 4G Ivo di Batam, seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).

Faktor kedua, lanjut Sam, adalah animo masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri. Dia mengatakan, paradigma masyarakat akan produk lokal berkualitas rendah masih ada.

"Jadi kan bagaimana animo masyarakat soal produk dalam negeri. Kan paradigmanya kualitas lebih rendah, tapi harganya sama. Jadi dengan tidak ada demand, maka supply-nya sedikit," jelasnya.(mkl/hds)
Masih Impor Komponen dari Malaysia, Smartphone 4G RI Sudah Dipatenkan Produk smartphone 4G yang diproduksi pertama kalinya di Indonesia sudah dipatenkan oleh produsennya. Sebanyak 70% komponen ponsel masih diimpor dari Malaysia dan Tiongkok.

Pemerintah akan mendorong produk smartphone 4G yang diproduksi di Batam, Kepulauan Riau, agar kandungan lokal produk ponsel pintar itu bisa ditingkatkan 30% menjadi 60%.

Dua perusahaan di dalam negeri, yakni PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) dan PT Tata Sarana Mandiri (TSM) memproduksi ponsel ini. PTSN bergerak dari sisi manufaktur dan TSM untuk desain.

"Desain produk dan rangkaian elektronik HP 4G ini dibuat dan dipatenkan oleh PT Tata Sarana Mandiri dengan dibantu oleh ahli-ahli teknik elektro ITB," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat kepada detikFinance, Senin (7/7/2014).

Smartphone 4G buatan Indonesia yang didukung oleh Qualcomm Snapdragon 400 chipset, menggunakan prosesor Quad Core 1.2 GHz, RAM 1 GB, media penyimpanan berkapasitas 8 GB, kamera 8 MP, dan dual SIM card yang didesain khusus untuk kebutuhan Indonesia.

Smartphone 4G ini juga dapat bekerja pada berbagai frekuensi LTE lain seperti 1.800 Mhz, 2.300 Mhz, 2.600 Mhz, termasuk frekuensi data 3G dan 2G. Jadi, ponsel ini bisa beroperasi di berbagai negara.

"Produk smartphone 4G tersebut adalah produk 4G pertama yang dibuat di Indonesia oleh PT Sat Nusapersada Tbk di Batam. Pabrik ini yang mempekerjakan 3.000 orang juga membuat produk-produk komponen elektronika lain untuk merek-merek multinasional guna keperluan ekspor," katanya.

Hidayat mengatakan saat ini komponen lokalnya masih sekitar 30%, selanjutnya akan ditingkatkan lebih banyak Tingkat Kandungan Komponen Dalam Negeri (TKDN).

"TKDN produk dan engineering design nya hampir 100%, TKDN manufakturingnya sekitar 30% tahun ini, dan akan ditingkatkan menjadi 60% tahun depan," katanya.

Presiden Direktur PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) Abidin mengakui keterbatasan produksi dari komponen smartphone 4G. Sehingga baru 30% porsi komponen lokal di dalam produknya.

"Baru 30% untuk komponen lokal," kata Abidin saat peluncuran smartphone 4G Ivo di Batam pekan lalu.

Sementara itu, komponen lainnya berasal dari Tiongkok dan Malaysia. Abidin menyatakan ini memang akan dilakukan secara bertahap. Perusahaannya akan mencoba untuk meningkatkan komponen lokal dari dalam negeri.

"Dari impor itu ada Tiongkok dan Malaysia. Kan secara bertahap nanti diproduksi dalam negeri," jelasnya.
Alasan Indonesia Belum Punya Pabrik Komponen Ponsel Telepon seluler pintar atau smartphone 4G yang diproduksi di dalam negeri belum sepenuhnya memakai komponen Indonesia. Sebanyak 70% komponen di dalamnya masih diimpor dari Tiongkok dan Malaysia.

Direktur PT Tata Sarana Mandiri (TSM) Sam Ali mengatakan untuk kondisi dalam waktu dekat memang sulit mengharapkan produsen komponen smartphone. Sebab membutuhkan investasi yang sangat mahal.

Akan tetapi ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk merealisasikannya. Ini bisa dimulai dengan memperbanyak produsen perakitan ponsel yang sekarang baru ada enam perusahaan dengan kapasitas produksi sekitar 7 juta unit per tahun.

"Kalau produksi lokal itu tinggi, otomatis kita akan bisa meminta supply change kita untuk membuka pabrik di indonesia. jadi impor dulu, nanti bisa diajak mereka ke sini. kan kalau ada yang rusak bisa langsung bisa diperbaiki di sini," ungkap Sam seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).

Ia membicarakan konsep seperti industri otomotif, dimulai dari produsen perakitan dan kemudian berlanjut sampai ke produsen komponen.

"Jadi sama seperti otomotif. kan dimulai dari impor, assembly, kalau kebutuhan naik mereka bangun di sini. Jadi bertahap," jelasnya.

Mahalnya investasi untuk pabrik komponen, menurut Sam dapat diukur dari teknologinya. Ia menilai sulit bagi perusahaan lokal menghadirkan teknologi secanggih di negara lain. Kemudian juga dari sisi pengembangan komponen yang diproduksi.

"Cost untuk biaya pabrik itu lebih besar dari pada kita impor komponen," ujarnya.

Di samping itu ada berbagai risiko yang dihadapi. Terutama kemungkinan investasi yang dikeluarkan dalam jumlah besar tidak balik modal.

"Betul karena untuk investasi capex di manufacturing dan desain itu besar. Desain saja minimun 6 bulan. Jadi desain 6 bulan, sedangkan lifestyle-nya handphone sangat pendek. jadi tidak bisa besar, kalau dialokasikan RnD (Research and Development) terlalu lama kan biayanya besar," papar Sam.‎(mkl/ang) 

  ♞ detik  

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer