Tiga mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akan mempresentasikan hasil riset terkait Thallasemia dalam London International Youth Science Forum (LIYSF) ke 56 di Inggris.
Anastasia Michelle Pratanata, Diannisa Paramitha Susantono dan Michelle Audrey Darmadi adalah mahasiswa semester 5 fakultas kedokteran UI.
Mereka akan memaparkan hasil penelitian berjudul "Hubungan antara penumpukan zat besi berlebih dengan potensi gagal tumbuh pada penderita thalassemia usia 10-18 tahun."
Diannisa di Jakarta, Minggu, menjelaskan Thalassemia merupakan penyakit genetik yag berhubungan dengan darah, dimana kandungan hemoglobin dalam darah penderita mudah pecah, dan menimbulkan gejala seperti anemia.
Namun dalam tahapan yang lebih parah, Thallasemia dapat menyebabkan gagalnya pertumbuhan pada anak.
"Terutama di usia 10-18 tahun. Itulah kenapa riset ini kami lakukan pada anak di usia tersebut," jelas Diannisa.
Anastasia menambahkan, tidak hanya gagal tumbuh, sejumlah organ seperti liver, dan limpa dapat membengkak. Penderita Thallasemia dapat hidup normal jika secara rutin melakukan transfusi darah.
Namun transfusi darah ini ternyata seperti pisau bermata dua, di satu sisi dapat membantu penderita hidup normal. Tapi di sisi lain dapat menyebabkan penumpukan besi berlebih di organ-organ tubuh penderitanya.
Penumpukan besi berlebih ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi obat tepat waktu dan tepat dosis.
"Besi berlebih yang menumpuk di organ-organ tubuh inilai yang menjadi riset kami. Ternyata kelebihan besi ini dapat menyebabkan gagal tumbuh pada penderitanya," ujar Anastasia.
Forum yang berlangsung di London, Inggris tersebut akan menampilkan presentasi hasil riset dari 400 ilmuwan muda usia 17-21 tahun dari 60 negara di seluruh dunia.
"Salah satunya adalah tim kami, mewakili UI, mewakili Indonesia. Sebenarnya kami ada lima orang dalam satu tim, tapi yang akan mempresentasikan di London hanya kami bertiga," kata Michelle.
Sebagian yang hadir adalah para ilmuwan muda berprestasi yang telah memenangkan sejumlah kompetisi, baik dari tingkat nasional maupun internasional.
Michelle mengatakan, dirinya sangat senang mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil riset timnya tersebut di hadapan audiens internasional.
"Terlebih lagi mereka adalah para ilmuwan muda internasional, kami sangat antusias," tambahnya.
Selama dua minggu, para mahasiswa tersebut tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil risetnya tentang Thallasemia. Mereka juga berkesempatan untuk berkeliling sejumlah kampus-kampus terkenal yang unggul dalam bidang penelitian."Kami juga akan diperkenalkan juga belajar budaya setempat," tutup Michelle.
Dalam LIYSF tersebut akan hadir sejumlah pembicara kunci, Professor Peter Jenni, pendiri ATLAS collaboration, dan Profesor Roy Anderson dari London.
★ Antara
0 komentar:
Post a Comment